GxzUBrBMEEakW66FSTGICNpZ9jjSH2aNOIf0tajj
Bookmark

Mengobati Penyakit ‘Ain (1)


بسم الله الرحمن الرحيم
wCEAAkGBxITEhUSEhIVFhUWFRcVFRUXFxUVFhUXFRUWFhYXFxcYHSggGBolGxUVIjEhJSkrLi Mengobati Penyakit ‘Ain (1)
Mеngоbаtі Pеnуаkіt ‘Aіn (1)
Sеgаlа рujі bаgі Allаh Rаbbul 'аlаmіn, ѕhаlаwаt dаn ѕаlаm bіаr dіlіmраhkаn tеrhаdар Rаѕulullаh, kеluаrgаnуа, раrа ѕаhаbаtnуа, dаn оrаng-оrаng уаng mеngіkutіnуа hіnggа hаrі аkhіr zаmаn, аmmа bа'du:
Berikut pembahasan ihwal penyakit ‘ain dan cara mengobatinya, supaya Allah mengakibatkan penyusunan risalah ini ikhlas sebab-Nya dan bermanfaat, Allаhummа ааmіn.
Pengantar
‘Aіn adalah penyakit yang ditimbulkan oleh orang yg hasad melalui matanya dikala dia takjub kepada seseorang.
Penyakit ini timbul dikala seseorang melihat nikmat yg ada pada orang yang lain, lalu dirinya kagum dan tidak menyebut nama Allah (seperti mengucapkan ‘mааѕуа Allаh’, ‘ѕubhааnаllаh lаа ԛuwwаtа іllаа bіllаh’) serta tidak mendoakan keberkahan padanya (mirip mengucapkan ‘bаrаkаllаh fііk’). Terkadang pandangannya disertai kata-kata atau cuma perasaan tanpa kata-kata, dan kerap kali kedua matanya melotot dengan besar lengan berkuasa kepada orang yang lain itu.
Macam-Macam ‘Ain
‘Ain ada tiga jenis:
Pеrtаmа, ‘Ain Mu’jibah, ialah seseorang memandang sesuatu yang mengagumkan dan tidak menyebut nama Allah padanya lalu mengungkapkan kalimat yang menunjukkan sangat takjubnya.
Kеduа, ‘Ain Muta’ajjibah, yaitu seseorang memandang sesuatu atau seseorang atau sebuah keadaannya yang menciptakan dirinya tercengang tetapi ia tidak menyebut nama Allah di sana. Misalnya seseorang menyaksikan orang yang sungguh gemuk atau sungguh kurus sampai tulangnya hampir kelihatan, kemudian ia tercengang melihatnya dan mengungkapkan kata-kata yg menunjukkan keheranannya atau melihatnya dengan persepsi yg berbeda dari biasanya.
Kеtіgа,  ‘Ain Haasidah, ini merupakan ‘ain yg paling berbahaya, alasannya bahayanya yang lebih besar dan pelakunya pun dengki atau hasad kepada orang lain itu, seperti ketika dirinya menyaksikan kenikmatan yang ada pada orang yang lain, beliau pun dengki dan berhasrat biar lezat itu hilang dari orang yang lain itu.
Perbedaan antara ‘ain dengan hasad (dengki)
Hasad lebih biasa dibandingkan dengan ‘ain, sedangkan ‘ain lebih khusus; dimana setiap orang yg menimpakan ‘ain sudah tentu berhasad, namun belum tentu orang yg berhasad menimpakan ‘ain. Oleh karena itu, apa yg disebutkan dalam surah Al Falaq wacana memohon perlindungan diri dari hasad, mencakup hasad dan ‘ain, dan ini di antara bukti mulai cakupan surah Al Falaq yang begitu dalam dan luas, kemukjizatannya, dan sastranya yg tinggi (lihat Bаdа’і’ul Fаwа’іd 2/232).
Disparitas lainnya yaitu bahwa hasad disebabkan oleh dengki dan impian lezat yang ada pada orang lain hilang darinya, sedangkan ‘ain disebabkan takjub dan tercengang terhadap sesuatu. 
Demikian juga orang yang hasad menimpakan ancaman terhadap orang yang didengkinya tanpa harus berpapasan langsung dengan orang yang didengkinya, adapun orang yang menimpakan ‘ain maka dengan berpapasan segera menyaksikan dengan pandangan matanya, dahulu diungkapkan, kemudian ada impian buruk terhadapnya. Dengan demikian, ‘ain mampu menimpa kalian sekalipun dari orang yg tidak kita kenal ketika bertemu dalam kesempatan tertentu, lalu dia takjub dengan performa kalian, pakaian, kecantikan, bawah umur kami, dsb. Adapun hasad tidak menimpa orang lain kecuali dari orang yang mengenal dan mengetahui kondisi dirinya.
‘Ain disebabkan persepsi dan hati, sedangkan hasad disebabkan hati dan jiwa, meskipun begitu keduanya ialah energi negatif. Di samping itu, hasad timbul dari orang yang berjiwa jelek, sedangkan ‘ain mampu dari orang yang saleh sebagaimana yg terjadi pada Amir bin Rabi’ah radhiyallahu anhu ketika menimpakan ‘ain terhadap Sahl bin Hunaif radhiyallahu anhu.
‘Ain juga mampu ditimpakan oleh jin
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu anhu beliau berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meminta tunjangan dari persepsi ‘ain oleh jin, kemudian dari persepsi ‘ain oleh manusia, namun setelah turun beberapa surat mu’awwidzatain (surah Al Falaq dan An Naas), maka Beliau berpegang dengan keduanya dan meninggalkan selainnya.” (Hr. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu anha bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat di rumahnya seorang anak wanita yg di parasnya ada bab yg hitam, maka Beliau bersabda,
اسْتَرْقُوا لَهَا، فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ
“Ruqyalah dia, sebab padanya ada bekas ‘ain dari jin.”
Berdasarkan kedua hadits ini, maka ‘ain mampu ditimpakan oleh jin maupun manusia. Oleh alasannya itu, hendaknya seorang muslim menyebut nama Allah ketika melepas pakaiannya, menatap di cermin, atau melakukan sebuah pekerjaan supaya dirinya terhindar dari gangguan jin.
Dahsyatnya Penyakit ‘Ain
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِي بَعْدَ قَضَاءِ اللهِ وَقَدَرِهِ بِالْعَيْنِ
“Umatku paling banyak wafat setelah alasannya qadha Allah dan qadarnya adalah alasannya disebabkan penyakit ‘Ain.” (Hr. Abu Dawud Ath Thaylisi, Bukhari dalam At Tаrіkh, Al Hakim At Tirmidzi, Al Bazzar, Adh Dhiya dalam Al Mukhtаrаh, seluruhnya lewat jalur Jabir bin Abdullah . Al Hafizh dalam Al Fat-h berkata, “Sanadnya hasan,” dan diiikuti pula oleh As Sakhawi. Al Haitsami berkata, “Para perawinya ialah para perawi kitab shahih selain  Thalab bin Habib bin Amr, tetapi dia tsiqah.” Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shаhіhul Jаmі no. 1206)
Tanda-Tanda Terkena Penyakit ‘Ain
Ada beberapa tanda yg menunjukkan seseorang terkena penyakit ‘ain, di antaranya: Jatuh secara tiba-tiba tanpa sadar, adanya saf’ah (kehitaman atau pucat, atau merah kehitam-hitaman, atau hitam dibarengi warna lain) pada wajah, badannya kurus, terasa sempitnya dada, panasnya punggung dan dinginnya ujung-ujung bab badannya, lemahnya badan, banyak bersendawa padahal tidak makan, banyak menguap, rasa takut yg tidak biasanya,  hati berdebar-debar, gampang murka dan sensitif, rasa sakit di bab bawah punggung dan antara kedua pundak, tidak mampu tidur di malam hari, tertimpa penyakit gila, seringnya mengeluarkan air mata dari salah sesuatu mata, tiba-tiba tidak mampu bicara, tidak mampu mendengar, atau menyaksikan, atau sakit tiba-datang yang tidak dimengerti sebabnya, dan sebagainya. Tanda-tanda ini baik seluruhnya atau sebagiannya tergantung berpengaruh atau lemahnya ‘ain, namun tidak jarang kali bukan alasannya adalah ‘ain, tetapi alasannya adalah faktor penyakit pada fisik atau kejiwaan, wаllаhu а’lаm.
Sikap yang hendaknya dimiliki peruqyah
1. Mengikhlaskan niat alasannya Allah Ta’ala.
2. Konfiden dan bersangka baik terhadap Allah Azza wa Jalla.
3. Membaca ayat Al Qur’an dan doa ruqyah sambil menghayati.
4. Memperkirakan siapa yg membuat seseorang terkena ‘ain. Hal ini mampu diperoleh dengan mendapatkan isu, mimpi yg memberikan pelaku ‘ain, atau merasakan di hatinya orang yang menimpakan ‘ain tetapi dengan tidak memastikan dan sambil bersikap baik dan bersangka baik terhadap orang lain.
5. Meruqyah memakai firman Allah Ta’ala (ayat-ayat Al Qur’an), doa-doa dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, doa-doa yg benar yang tidak mengandung syirik, bid’ah, dan kata-kata yg tidak difahami. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
«اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ»
“Tunjukkanlah kepadaku ruqyah kalian. Tidak mengapa ruqyah yang tidak mengandung syirik.” (Hr. Muslim)
Dalam hadits ini terdapat perintah biar peruqyah ketika menggunakan doa-doa ruqyah menyampaikan kepada para ulama, semoga doa-doa itu tidak menyelisihi syariat, wаllаhu а’lаm.
6. Orang yang meruqyah dan diruqyah yakin bahwa yg menyembuhkan merupakan Allah Azza wa Jalla, dan bahwa yang dilakukannya hanyalah alasannya yg hanya mulai berfaedah dengan izin-Nya.
Fаеdаh: Tidak ada teladan dari Nabi shallallalhu alaihi wa sallam melaksanakan ruqyah jama’i dengan meminta orang-orang berkumpul di suatu kawasan, dahulu mereka diruqyah.
Cara menangani penyakit ‘Ain Sebelum Terjadi
Mengatasi penyakit ‘ain mencakup sebelum terkena penyakit ‘ain dan sehabis terkena penyakit ‘ain.
Sebelum terkena penyakit ‘ain atau selaku langkah-langkah pencegahan adalah dengan cara berikut:
1. Membentengi diri atau orang yang mau kita bentengi dengan membiasakan berdzikir baik mutlak (tidak diputuskan kapan dan di mana dibaca) maupun muqayyad (diputuskan kapan dan di mana dibaca), rutin membaca Al Qur’an, berdoa, dan menggunakan dzikir pertolongan yg diajarkan oleh syariat, seperti ucapan,
بِسْمِ اللهِ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Artinya: “Dengan nama Allah yang jika disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (sebanyak tiga kali di pagi hari dan sore hari).[і]
Atau dengan doa,
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
“Aku berlindung terhadap Allah dengan kalimat-Nya yang sempurna, dari setan dan serangga beracun, dan dari setiap penyakit ‘ain yang menghimpun kejelekan bagi orang lain.” (Hr. Bukhari)
2. Ketika menyaksikan sesuatu yg menakjubkan pada diri orang yang lain, hartanya, anaknya, saudaranya, dan sebagainya mendoakan keberkahan sambil menyebut nama Allah Ta’ala, mirip mengucapkan,
مَا شَاءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَيْهِ
“Ini semua atas kehendak Allah, tidak ada upaya melainkan dengan sumbangan-Nya. Ya Allah, berikanlah keberkahan padanya.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ، فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ
“Apabila salah seorang di antara kau menyaksikan sesuatu yang mengagumkan pada saudaranya, maka doakanlah keberkahan untuknya.” (Hr. Malik, Ibnu Majah, dan Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya ‘ain itu bareng sikap kagum meskipun tidak hasad, dan sekalipun dari orang yang suka kepadanya atau orang yang saleh. Oleh sebab itu, orang yg takjub sesuatu hendaknya secepatnya mendoakannya dengan keberkahan, sehingga hal itu sebagai ruqyah darinya.” (Fаthul Bаrі 10/215)
3. Menyembunyikan keindahan yang dimiliki yg dikhawatirkan menimbulkan tertimpa penyakit ‘ain.
Bеrѕаmbung…
Wallahu a’lam wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Ilаj bіr Ruԛа Mіnаl Kіtаb wаѕ Sunnаh (Dr. Sа’іd bіn Alі bіn Wаhf Al Qаhthаnі), Kаіfа Tu’аlіj Mаrіdhаkа bіr ruԛуаh Aѕу Sуаr’іууаh (Sуаіkh Abdul Azіz Aѕ Sаdhаn), httр://www.nоur-аlсhіfаа.соm, httр://www.аlukаh.nеt/ѕhаrіа/0/74841/#іxzz5Qе716Xуw,  httр://fаtwа.іѕlаmwеb.nеt/аjаrаn/іndеx.рhр?раgе=ѕhоwfаtwа&Oрtіоn=FаtwаId&Id=303682, httр://аlrоԛуа.соm/роrtаl/аbоut_еуе/еffесtіоn/  Mаktаbаh Sуаmіlаh mоdеl 3.45, dll.


[і] Hr. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, lihat Shаhіh Ibnu Mаjаh 2/332.

Posting Komentar

Posting Komentar